Di Kamar Mandi Kata-Kata Berbaris untuk Tinggal Selama-lamanya

Pada dudukan kloset yang tutupnya sudah patah setengah, digelarnya deretan kata yang berjejer dan berhimpitan. Baris tak teratur berg...

Pada dudukan kloset yang tutupnya
sudah patah setengah, digelarnya deretan
kata yang berjejer dan berhimpitan. Baris
tak teratur bergumam satu sama lain.

Dilencangkan lah olehnya masing-masing
kata hingga rapih menjadi kalimat. Lalu dijadikan
masing-masing regu menjadi rentetan cerita asal
tentang duri-duri yang berserakan di jalanan
hingga membuat ban mobil yang lewat kempes semua.

Di ruangan 2x3m, satu pintu, satu bak mandi
satu gayung (bocor), sabun-sabun berserakan, bekas shampo
juga wajah renta tua yang menyisa di cermin kusam
tempat embun-embun duduk rapih di sekitarnya

kata-kata tersayup dengan hati-hati dan hening
bersama aroma khas kamar mandi setelah sampah-sampah
dunia berada di tempatnya. Digelarnya lapangan luas
untuk kata-kata bisa berlalu-lalang saling bercengkrama
hingga badai memporak porandakan mereka semua.

Flush yang luluh membawa bekas-bekas perjuangan
hidup sehari-hari seketika menghentikan, gelaran pentas
seni remaja-remaja kata setengah dewasa yang berbaris
menyanyikan lagu “Tanah Air” dan “Indonesia Pusaka”

Setelah itu, ditinggalkannya kenang dan sisa kening kata
dalam ruangan pengap tanpa exhaust itu, lalu diajaknya
kata-kata untuk tinggal dalam kertas-kertas buram di
meja belajarnya kusamnya. (Ia membujuk kata untuk
hidup selama-lamanya dalam kertas-kertas buram)


Di Kamar Mandi pengap dengan kloset yang
tinggal setengah tutupnya itu. Ia menjejerkan kata,
untuk nanti tinggal di kertas-kertas buram.

2 September 2017
Surabaya

You Might Also Like

0 komentar